Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Perkembangan yang pesat sudah semestinya didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas. Usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilaksanakan. Matematika selalu dipandang sebagai pelajaran yang paling sulit mereka terima. Sebagaimana pendapat Firdaus (2009:1), matematika adalah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya sedikit orang atau siswa dengan IQ minimal tertentu yang mampu memahaminya. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh sebelumnya dan digunakan untuk apa nantinya dalam kehidupan. Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan adanya perubahan dalam cara penanaman konsep, khususnya dalam hal metode mengajar.

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Salah satu pembelajaran kooperatif adalah metode TPS (Think-Pair-Share). Strategi ini terdiri dari dua orang anggota dalam satu kelompok (berpasangan) yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dengan mengelompokkan siswa secara berpasangan, maka dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berfikir serta merespon sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa. Selain itu dapat juga memperkecil peluang siswa untuk pasif dalam pembelajaran.

Di sisi lain penyempurnaan dan perbaikan pembelajaran perlu diiringi dengan sistem penilaian (assessment). Penilaian merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari penilaian adalah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa bukan sekedar untuk penentuan skor (nilai dalam bilangan). Oleh karena itu penilaian dimaksudkan sebagai suatu strategi dalam pemecahan masalah pembelajaran melalui berbagai cara pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk pengambilan keputusan (tindakan) berkaitan dengan aspek pembelajaran.

Penilaian pembelajaran biasanya memerlukan serangkaian upaya untuk menjawab pertanyaan yang spesifik. Seorang guru ingin mengungkap permasalahan matematika apa yang dihadapi oleh seorang siswa, dan bagaimana cara membantu siswa tersebut agar kemampuannya dapat berkembang secara optimal. Tentu saja guru harus mengumpulkan banyak informasi mengenai siswa tersebut seotentik mungkin melalui proses penilaian. Informasi ini sangat membantu guru mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa sebelum ia memutuskan tindakan yang akan dilakukan untuk membantu siswa tersebut. Authentic Assessment merupakan suatu penilaian yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dengan mengukur semua aspek pembelajaran mulai dari proses, kinerja sampai produk dari pembelajaran.

Penelitian Gunawati (2005:33) mengenai penerapan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) di SMP Negeri 10 Jember memberikan hasil yang positif terhadap ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 82,2%. Sedangkan Ningsih (2005:38) dalam penelitiannya mengenai penerapan pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) di SMP Negeri 12 Jember menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar siswa secara klasikal yang dicapai sebesar 76,19%.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VIIIC MTs Negeri 1 Banyuwangi, siswa banyak mengalami kesulitan pada pelajaran matematika, terutama pada bahasan kubus dan balok. Sebagian siswa cenderumg menghafal pengertian, sifat, dan rumus luas dan volum kubus dan balok tanpa mengetahui bagaimana menemukan pengertian, sifat, dan rumus luas serta volum kubus dan balok. Selain itu dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, kurang merespon penjelasan guru, bila diberi pertanyaan asal menjawab saja dan kurang percaya diri. Dilihat dari hasil belajar siswa kelas VIIIC materi luas permukaan serta volume kubus dan balok hanya 60.

Pada permasalahan di atas maka alternatif pemecahannya yang dirasa tepat untuk bahasan besaran dalam kubus dan balok yaitu dengan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dengan Authentic Assessment, mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok berpasangan. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, selain itu bahasan besaran dalam kubus dan balok dapat menghendaki siswa untuk lebih banyak berfikir, menjawab, dan saling membantu. Selain itu penggunaan Authentic Assessment pada penelitian ini tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga menilai apa yang dilakukan siswa. Dengan demikian dalam kelompok kecil ini diharapkan siswa lebih aktif belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan semua anggota kelompok merasa terlibat di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dengan Authentic Assessment untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Bahasan Besaran dalam Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIC Semester Genap MTs Negeri 1 Banyuwangi Tahun Pelajaran 2008/2009”.